Sabtu, 22 April 2017

KAMBING ISTANA HILANG Episode 17

KAMBING ISTANA HILANG Episode 17
Motor bebek masuk halaman rumah Wapres. Tidak ada yang menyangka pengendara motor itu adalah Kepala Polisi. Wartawan yang penciumannya paling tajam pun tidak bisa mengendus kehadiran Kepala Polisi ke rumah Wapres.

Kepala polisi enam bulan lagi masuk masa pensiun. Kekuasaan baginya telah menjadi semacam pakaian. Pensiun berarti telanjang. Entah bagaimana, dia tidak punya hobi khusus yang bisa ditekuni. Kesenangan biasa saja. Barangkali hobi khususnya adalah kekuasaan.

Untuk menjaga kesinambungan hobinya dia berkongsi dengan Wapres yang akan mencalonkan menjadi presiden. Siapa tahu kebagian kue kekuasaan. Misalnya jadi menteri atau kalau lebih beruntung, Menkopolhukam. Atau bisa seperti salah satu menko yang sekarang. Menko yang lebih banyak mengurusi soal lain daripada pekerjaan di bawah kementriannya. Menko plus orang kepercayaan presiden. Menko itulah salah satu penyebab ketidaksukaanya pada presiden.

Menko itu telah banyak mengambil alih pekerjaan menteri yang bukan di bawah kordinasinya, termasuk tugas kepolisian. Tim pencari kambing hilang yang dibentuk Menko serba bisa itu membuat Kepala Polisi serba kikuk. Anggota tim dari kepolisian, tapi di bawah kordinasi Menko. Tuduhan makar terhadap ormas XYZ adalah saran dari Menko. Saran orang dekat presiden berarti perintah presiden. Tapi kenapa presiden malah mempertanyakan penangkapan itu? Bisa saja dia mengatakan itu saran dari Menko. Tapi di samping akan membuat dia nampak bodoh, juga jika Menko tidak berkenan dan ngeles, maka tamatlah karirnya sebagai Kepala Polisi. Telanjang sebelum waktunya.

Wapres tahu situasi sulit yang dihadapi Kepala Polisi. Sewaktu dia mengeritik penangkapan ormas XYZ dengan tuduhan makar dihubungkan dengan hilangnya kambing istana, dia bukan sedang mengeritik Kepala Polisi, tapi sedang menyindir presiden dan Menko serba bisa.

Sudah beberapa kali Wapres melakukan pertemuan rahasia dengan Kepala Polisi. Seperti hari ini. Bicara di ruang yang paling aman dari penciuman, penyadapan, atau semacamnya. Pembicaraan empat mata di ruang tertutup.

“Kambing hilang dihubungkan dengan penangkapan dan tuduhan makar ormas XYZ akan mengurangi kepercayaan publik pada presiden.” Suara Wapres

“Tapi juga mengurangi kepercayaan publik pada polisi.” Suara Kepala Polisi

“Tapi tidak signifikan. Ini soal politik, lebih banyak mengarah pada presiden. Pak Menko mungkin maksudnya ingin bikin senang pak presiden karena telah membungkam suara kritis ormas XYZ.” Suara Wapres.

“Tapi meminjam tangan kepolisian, dan polisilah yang kena getahnya.” Suara Kepala Polisi.

“Cuma lengket sebentar. Polisi kan banyak cara menjadi pahlawan publik. Misalnya, bikin suasana ketakutan di tengah masyarakat, lalu kepolisian berjanji akan melindungi masyarakat. Tiga minggu lagi akan demo besar dari kelompok garis keras.” Suara Wapres.

“Demo itu tidak besar. Dan mereka biasa berdemo dengan damai.” Suara Kepala Polisi.

“Hahahaa justru itu. Kita bikin seolah-olah besar. Seolah-olah akan membuat kerusuhan. Bikin pernyataan sekeras mungkin. Kalau perlu dengan ancaman. Kerahkan pasukan sebanyak-banyaknya. Demo itu memang akan berjalan damai. Tapi publik tahunya bukan karena niat pendemo ingin damai, tapi karena polisi berhasil membuat suasana tetap kondusif. Kepolisian akan populer di mata publik. Siapa yang akan mendapat pujian? Bukan cuma Kapolda, tapi juga Kepala Polisi Negara. Makanya usahakan lebih banyak pernyataan Kepala polisi negara daripada Kapolda. Paham? “ Suara Wapres.

“Hahahaha sudah beberapa kali saya lakukan.” Suara Kepala Polisi

“Harus beberapa kali lagi. Sekarang saatnya menabung popularitas. Bukan hanya mengalihkan pandangan publik dari presiden ke kepolisian, tapi juga akan mengangkat popularitas Kepala Polisi. Ini modal penting untuk kampanye nanti. Cara pamungkasnya adalah satu dua bulan jelang pensiun, buatlah kebijakan atau pernyataan yang populer di mata publik tapi bertentangan dengan kebijakan presiden. Jika Presiden marah dan mengganti Kepala Polisi sebelum waktunya, berarti kita telah mencuri popularitas presiden dari kantungnya, kita simpan di bank popularitas kita. “ Suara Wapres.

“Kalau popularitas sudah di tangan, bukan mustahil bukan hanya jatah menteri atau menko, bisa saja mendampingi saya, jadi cawapres. “ Suara Wapres lagi.

Dari luar nampak rumah Wapres tenang-tenang saja. Tidak ada satu pun yang tahu di dalam rumah sedang dirancang suatu rencana yang akan membuat media kebanjiran berita.

BERSAMBUNG
21042017
Read more

KAMBING ISTANA HILANG Episode 16

KAMBING ISTANA HILANG Episode 16/td>
Gubernur telah bertemu Presiden. Keduanya sepakat menghentikan sementara pembangunan pabrik baja. Semua sudah dirundingkan dan dipertimbangkan dengan matang. Tidak ada yang dirugikan, bahkan semua diuntungkan. Bagaimana dengan investor?

Investor adalah mahluk yang bermazhab uang. Menanam uang, tumbuh uang. Menanam uang membutuhkan kesabaran dan ketaletanan dari mulai menanam sampai memberi pupuk dan memetik hasilnya.

Investor bukan hanya mempelajari cara menanam uang, tapi juga dia tahu karakter tanah yang menjadi media tanam. Setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun matanya tidak boleh lepas dari perkembangan politik dalam negeri.

Investor paham betul. Jika dia bisa membuat kesepakatan dengan penguasa, maka dia juga harus mempelajari pihak oposisi. Oposisi dimana saja sama. Jika penguasa punya rencana A, maka oposisi harus B. Jika penguasa punya kebijakan B maka oposisi harus A.

Cagub oposisi pasti akan menentang habis pendirian pabrik baja. Jika dia berkuasa, maka kata kunci “sementara” dalam hal penghentian pembangunan pabrik baja akan diganti dengan “permanen.” Sekurangnya selama lima tahun atau bahkan bisa lebih.

Untuk mempertahankan kata sakti “penghentian sementara” maka investor harus rela menghentikan pembangunan pabrik baja sampai petahana kembali terpilih menjadi gubernur. Investor tahu caranya. Keluarkan uang untuk membantu kampanye Gubernur petahana. Buang sedikit uang untuk mendapatkan uang yang lebih banyak.

Kata sakti “penghentian sementara” juga ampuh untuk pencitraan Gubernur bisa dipersepsikan sebagai Gubernur yang mendengarkan suara hati rakyat, sekaligus membunuh harapan Cagub oposisi yang akan menggunakan isu besar itu untuk jualan pencitraan bernilai dua puluh empat karat.

Presiden yang setahun lagi akan mencalonkan kembali menjadi presiden juga diuntungkan. Presiden yang dicitrakan berpihak kepada para petani, rakyat kecil yang menjadi mayoritas penghuni negeri ini. Setiap kepala warga negara adalah aset berharga bagi calon Gubernur atau calon Presiden. Dalam kehidupan sehari-hari, kepala rakyat kecil harganya bisa jadi lebih murah dari sebuah kelapa. Kepala itu bisa dijitak kapan saja atau kalau perlu dipentung sekaligus dilarang berteriak. Tapi dalam pilgub atau pilpres, setiap kepala rakyat kecil punya nilai tiga kali lipat dibanding satu kepala orang kaya.

Setelah selesai pilgub dan pilpres jika keduanya terpilih kembali, pendirian pabrik baja bisa dilanjutkan lagi. Kata kuncinya tentu saja “penghentian sementara.” Soal bagaimana caranya, penguasa punya keahlian khusus mengutak-atik undang-undang dan peraturan. Jika Cagub opoisisi yang menang, investor tentu sudah menyiapkan rencana lain yang tentu saja caranya lebih rumit bahkan sangat rumit. Tapi uang bisa bikin sedikit lebih mudah. Tapi tetap saja rumit.

Kata sakti “penghentian sementara” juga berdampak baik bagi Putri Pak Sobri. Namanya mulai dikenal luas bukan hanya di tingkat provinsi, tapi sudah menasional. Media yang gemar memberi julukan dadakan memberinya gelar “Srikandi Para Petani.”

Gelar itu juga berdampak baik bagi Cagub petahana jika berhasil menggaet Putri Pak Sobri menjadi barisan timsesnya, atau sekurangnya relawan, atau paling mentok menjadi pajangan selama kampanye. Bukan cuma soal gelar, nilai plus lainnya, Putri Pak Sobri kenal dekat dengan Presiden.

Putri Pak Sobri memenuhi panggilan Pak Gubernur. Dia duduk di meja tamu ruangan Pak Gubernur yang sejuk. Pak Gubernur memuji Putri Pak Sobri seakan dia mengundang hanya untuk memuji.

“Saya bangga punya warga yang peduli pada rakyat kecil dan berani menyampaikan aspirasi arus bawah. Walaupun negara sudah punya lembaga resmi untuk saluran penyampaian aspirasi, tapi saluran itu terkadang mampet. Dibutuhkan seorang pemberani yang bisa mencari jalan lain agar saluran aspirasi itu sampai pada pengambil kebijakan. Pemerintah butuh kritik dari masyarakat. Kritik itu ibarat alarm jam meja. Jika alarm tidak berbunyi maka kemungkinan besar pemilik jam akan bangun kesiangan. Jelas merugikan bagi produktivitas.”

Gubernur bicara seakan-akan dia bukan pengambil kebijakan yang telah mengizinkan pendirian pabrik baja, dan menutup mata terhadap protes para petani sebelum para petani datang ke istana.

Putri Pak Sobri walaupun telah mendapat gelar “Srikandi Para Petani,” tapi dia tetap merasa dirinya tidak berubah. Masih wanita lugu seperti dulu. Dia menganggap pujian Pak Gubernur hanya basa-basi biasa saja. Dia tidak tahu kalau pujian itu adalah “perangkap” agar dia pada akhirnya bersedia berdiri di barisan timses Cagub petahana.

BERSAMBUNG
20042017
Read more

KAMBING ISTANA HILANG Episode 15

KAMBING ISTANA HILANG Episode 15
Putri Pak Sobri bukan mau memanfaatkan kedekatannya dengan presiden. Soal para petani yang berdemo ke istana menjadikannya juru runding mungkin saja berdasarkan kedekatannya dengan presiden. Bagi Putri Pak Sobri, keresahan para petani atas pembangunan pabrik baja juga merupakan keresahannya.

Kedekatannya dengan presiden merupakan bagian masa lalunya. Dulu tidak pernah sedikit pun terpikir pemuda yang sampai sekarang masih tersimpan dalam hatinya kelak akan menjadi presiden. Dia tidak melihat bakat politisi atau semacamnya pada diri pemuda itu. Sepanjang pembicaraan dengan Pak Sobri, pemuda itu cuma sebagai pendengar pasif saja. Tidak ada tanda-tanda pemuda itu nantinya akan menjadi orang nomor satu di negeri ini.

Pemuda itu sudah terperangkap di masa lalunya. Tidak bisa keluar lagi. Sudah berkali-kali dia usahakan mengeluarkan pemuda itu dari penjara hatinya, tapi selalu gagal. Dia telah merelakan pemuda itu menjadi milik wanita lain yang sekarang punya sebutan baru, Ibu Presiden. Tapi siapa pun tidak bisa merebut cintanya yang masih disimpannya dalam hati.

Hati bisa jauh, bisa dekat. Tapi apa ukurannya? Harus jelas. Hati bisa saja seluas samudera, tapi samudera tetap ada batasnya. Persoalan kehidupan lebih luas dari samudera. Terkadang cinta yang masih tetap dipelihara terhimpit oleh berbagai persoalan yang datang setiap hari. Hingga membuat cinta sesak nafas.

Hadiah dua ekor kambing dari Pak Sobri yang diberikan pada Presiden disertai titipan pesan khusus dari Putri Pak Sobri, agar cinta itu mudah dikenali. Ada bentuknya, walaupun dalam bentuk dua ekor kambing. Sekarang kambing itu sudah hilang entah ke mana. Membawa kabur cinta senyap antara dua hati, Presiden dan Putri Pak Sobri.

Ibu Presiden merasa sekarang saat yang tepat menanyakan kedatangan Putri Pak Sobri di istana yang mengatas namakan para petani. Seperti biasa, pembicaraan dilakukan di kamar tidur.

“Apa yang dibicarakan Putri Pak Sobri? “ Ibu Presiden membuka pembicaraan
“Soal protes para petani atas pembangunan pabrik baja. “
Presiden menjawab seperlunya. Dia harus berhati-hati menjawab pertanyaan Ibu Presiden.
“ Cuma itu? “
“Cuma itu.”
“Yakin tidak ada yang lain?”
“Yakin.”
“Kenapa dua orang dari LSM itu meninggalkan ruangan pertemuan lebih dahulu, meninggalkan Putri Pak Sobri hanya berdua dengan Mas? “
“Agar aku mendapat informasi langsung dari petani tanpa polesan LSM.”
“Dia menanyakan kambingnya?”
“Tidak.”
“Yakin?”
“Yakin.”
“Kenapa dia tidak menanyakan kambingnya?”

Hampir saja Presiden ingin mengatakan, “Barangkali karena persoalan pabrik baja lebih penting dari pada soal kambing.” Bisa saja akan disusul pertanyaan berikutnya, “Kenapa Mas tahu jalan pikiran Putri Pak Sobri? “ Presiden merubah jawabannya, “ Aku tidak tahu.”

“Mas bercerita soal kambing yang hilang?”
“Tidak.”
“Kenapa tidak?”
“Tidak terpikir.”
“Apa yang Mas pikir?”
“Soal pendirian pabrik baja.”
“Biasanya Mas mendelegasikan pak Wapres buat bertemu dengan para demonstran, kenapa sekarang tidak?”
“Itu sudah meyangkut soal pekerjaan. Sebaiknya kita bicarakan di istana saja.”

Presiden mematikan lampu meja. Keduanya berpelukan, namun tidak semesra seperti biasanya.

BERSAMBUNG
19042017
Read more

KAMBING ISTANA HILANG Episode 14

KAMBING ISTANA HILANG Episode 14
Exterior Gubuk Kakek Gondrong. Malam. Teras Gubuk Kakek Gondrong, lebih tepatnya depan gubuk Kakek Gondrong. Kakek Gondrong duduk di balai lusuh. Kambing Jantan tiduran di bawahnya, di lantai tanah yang lembab di bawah penerangan lampu lima belas wat.

Kakek Gondrong sedang bicara seperti dengan dirinya sendiri. Tapi sebenarnya dia mengajak bicara Kambing Jantan. Soal kambing Jantan tidak menjawab ucapan Kakek Gondrong, itu soal lain. Sewajarnya memang begitu. Soal Kambing Jantan paham apa yang dibicaraka Kakek Gondrong itu soal dunia lain lagi. Antara dunia mahluk binatang, mahluk setingkat di bawah manusia sebagai mahluk yang paling sempurna.

Tuhan sudah menciptakan manusia sebagai mahluk paling sempurna yang mempunyai mata, telinga, mulut, dan akal. Di bawahnya, mahluk binatang yang juga diberikan mata, telinga, mulut, dan insting. Di bawah binatang, mahluk tumbuh-tumbuhan yang tidak punya mata, telinga, mulut. Tapi dia bisa hidup dengan caranya sendiri, memanfaatkan potensi alam, baik melalui bantuan binatang, atau manusia, maupun tidak. Di bawahnya ada mahluk benda mati semisal batu yang tidak peduli soal hidup dan mati. Makanya dia tidak butuh minum dan makan. Mati atau hidup, atau lebih tepatnya ada dan tiada sama saja bagi mahluk benda mati.

“Pagi tadi aku ke kota. Aku dapat kabar yang rada aneh. Banyak yang bicara soal kambing istana hilang. Apa anehnya kambing hilang? Hampir setiap hari kambing datang dan pergi, lahir dan mati. Cara mati kambing juga hal yang biasa saja. Mati karena tua, atau mati karena lehernya digorok, apa bedanya? Manusia bisa bicara soal surga atau neraka sambil makan gulai kambing, atau sate kambing, tanpa sedikit pun merasa bersalah.”

“Ketika Tuhan menggantikan Ismail dengan kambing, banyak manusia yang bersyukur. Mereka memuji keikhlasan seorang anak bernama Ismail dan keteguhan hati seorang bapak bernama Ibrahim dalam menjalankan perintah Tuhan. Apakah kalian, bangsa kambing juga merasa terhormat karena menggantikan Ismail? Entahlah. Tapi yang pasti, setiap tahun kalian ikhlas dijadikan korban contoh nilai sebuah keikhlasan. “

“Barangkali itulah cara Tuhan memelihara bangsa kambing dari kepunahan. Setiap tahun kalian dijadikan kurban di seluruh dunia, tapi populasi kalian sedikit pun tidak berkurang. Padahal binatang lain dilindungi oleh pemerintah dari pembunuhan para pemburu agar tidak punah. Tapi populasinya tidak sebanyak kambing. Lalu ada apa dengan pemerintah ini? Mau melindungi kambing dari kepunahan hingga meributkan kambing hilang? Mestinya kalian patut mengasihani pemerintah yang membuat rakyatnya ikut repot gara-gara kehilangan kambing peliharaan.”

Kambing Jantan mulai bosan mendengar ceramah Kakek Gondrong. Dia bangkit, masuk ke dalam bergabung dengan Kambing Jantan yang tiduran di sudut pondok bersama kedua anaknya. Kakek Gondrong sengaja sedikit mengeraskan suaranya agar terdengar oleh keluarga kambing istana. Dia harus menuntaskan ceramahnya agar tidak disalah pahami.

“Aku tidak tahu kalian datang dari mana. Aku tidak peduli. Kalian bukan kambing hutan, pasti kalian milik seseorang. Kalau saja misalnya orang itu menemukan kalian, kalian pasti akan meninggalkanku. Barangkali suatu saat akan ada kambing lain yang datang ke mari. Hal yang wajar saja. Aku juga tidak peduli kalau misalnya kalian adalah kambing istana yang hilang itu.”

Kambing Betina mendadak bangkit. Kambing jantan berusaha menenangkan, “ Ssst …Kakek Gondrong bukan sedang mencurigai kita. Dia sedang bicara soal nilai. Entah nilai apa, barangkali nilai mahluk ciptaan Tuhan atau semacamnya. Aku tidak begitu paham.”

“Tapi jelas sekali dia bicara soal kambing istana.” Kambing Betina masih cemas.

“Itu cuma contoh soal. Coba dengarkan lagi ucapannya.”

“ Aku senang kalian ada di sini menemaniku. Aku seperti menemukan keluarga baru.” Terdengar kembali suara Kakek Gondrong. Kambing Betina mengeluarkan segenap kemampuannya buat memahami ucapan Kakek Gondrong.

“Sebelumnya aku punya keluarga mahluk tumbuh-tumbuhan. Mereka setiap hari aku ajak bicara. Mereka memberikan kebutuhan kehidupanku sehari-hari. Aku menanam pohon baru, mengajaknya bicara, setelah mereka dewasa aku cabut kehidupan mereka, aku masukan ke dalam perut. Mereka menyatu dengan darahku. Lalu aku tanam lagi pohon yang baru, begitu seterusnya.”

“Apa yang Kakek itu bicarakan, aku tidak paham,” bisik Kambing Betina kepada Kambing Jantan.

“Tidak semua pembicaraan harus kita pahami. Bagian yang tidak kita pahami kita terima saja apa adanya. Jangan ditafsirkan yang akan membuat kita susah sendiri. Sekarang tidurlah.” Kambing Jantan berhasil membuat Kambing Betina kembali tenang.

“Tentu saja aku tidak akan memakan kalian walaupun kesempatan itu mudah bagiku. Hahahaha. Kalian bisa membantuku jika kalian mau, atau kalian merasa bosan dengan rutinitas di sini. Kalian bisa menjaga kebun dari gangguan kambing-kambing lain yang terkadang datang merusak kebunku. Kalian tamuku, kalian bisa bebas makan hasil kebunku. Tapi kambing-kambing nakal itu datang bukan niat makan, tapi sepertinya ingin merusak kebunku.”

Ucapan selanjutnya kakek Gondrong sudah tidak menarik lagi. Kambing Jantan menggosok-gosokan kepalanya ke perut Kambing Betina, lalu menelusuri sampai bokong. Mengendusnya.

“Kau belum juga siap buat kawin, padahal kalau tidak salah hitung ini sudah masuk musim kawin,” kata Kambing Jantan dengan nada kecewa. “Barangkali kau terlalu banyak pikiran. Kau mesti bisa lebih tenang walaupun status kita sebagai buronan.”

“Akan aku usahakan,” kata Kambing Betina. Dia cuma ingin menghibur Kambing Jantan. Dia belum tahu bagaimana cara mengusahakannya, dan apakah dia bisa mengusahakan. Tapi juga ada terselip rasa kekhawatiran. Jika nanti Kambing Jantan menjadi penjaga kebun kakek Gondrong dari gangguan kambing-kambing nakal, jika benar ini sudah musim kawin, apakah Kambing Jantan tidak akan tergoda dengan salah satu kambing betina yang nakal itu?

BERSAMBUNG
18042017
Read more

Jumat, 21 April 2017

KAMBING ISTANA HILANG Episode 13

KAMBING ISTANA HILANG Episode 13
Ibu Presiden dibakar api cemburu. Tapi dia berusaha agar api itu tidak membakar dirinya dan keluarganya. Walaupun ada keinginan kuat mengeluarkan api cemburu itu dalam kamar tidurnya malam ini, tapi dia melihat Presiden sangat lelah setelah tugas ke luar kota, dia membiarkan api itu membakar hatinya. Tidak mungkin dia bisa memadamkannya. Tapi sekurangnya dia tidak ingin api itu membakar seisi kamarnya.

Sebenarnya Presiden sudah siap mendengarkan ceramah panjang lebar dari istrinya perihal kedatangan Putri Pak Sobri. Dia berniat tidak akan membantah. Tidak akan menggunakan giliran bicara sebagaimana setiap pertengkaran selama ini.

Keduanya tidak saling bicara
Tidur memeluk mimpinya masing-masing.

Putri Pak Sobri mulai dikenal publik. Setelah keluar dari istana, dia diberondong berbagai pertanyaan oleh para wartawan. Dia hanya menjawab secukupnya. Gubernur akan dipanggil Presiden untuk menjelaskan kebijakannya perihal pendirian pabrik baja. Presiden berjanji, untuk sementara pembangunan pabrik baja akan dihentikan sementara.

Para petani yang berdemo di depan istana bukannya tidak tahu kalau Pak Presiden dulu sangat dekat dengan keluarga Pak Sobri. Justru itu mereka sepakat Putri Pak Sobri menjadi juru runding di istana. Soal hubungan asmara antara Presiden dengan Putri Pak Sobri tidak banyak yang tahu. Hanya beberapa tetangga dekat saja yang tahu.

Pak Gubernur juga hanya tahu kalau keluarga Putri Pak Sobri dekat dengan Presiden. Sewaktu pak Sobri meninggal dunia dia mendampingi Pak Presiden melayat.

Setelah meninjau pembangunan pabrik baja, Pak Gubernur dan rombongan mendatangi rumah Putri Pak Sobri. Karena berita demonstrasi para petani menjadi berita utama di media, tentu saja kedatangan Gubernur diikuti oleh banyak wartawan lokal dan nasional.

Pak Gubernur menjelaskan pada para wartawan soal kebijakannya seputar pendirian pabrik baja. Kedatangannya ke rumah Putri Pak Sobri dikatakan sebagai bentuk penghormatan terhadap demokrasi. Dia datang bukan ingin memarahi Putri Pak Sobri sebagai perwakilan para petani, tapi ingin memberi penegasan sebenarnya dia tidak ingin menyakiti para petani. Dia juga anak petani.

Harap maklum, pada pemilihan gubernur yang pendaftarannya akan dibuka sebulan lagi, Pak Gubernur akan mendaftar menjadi calon gubernur petahana. Kedatangannya ke rumah Putri Pak Sobri bisa menjadi penegasan bahwa dia sangat dekat dengan para petani. Walaupun para petani salah paham karena kurang mendapat penjelasan yang cukup, ditambah lagi provokasi dari LSM yang bergerak dalam lingkungan hidup, tapi bukan berarti dia menjadi musuh para petani. Kedekatan keluarga Putri Pak Sobri dengan Presiden jika bisa dikelola dengan baik oleh timsesnya bisa menjadi aset yang bagus buat menaikan elektabilitasnya.

Putri Pak Sobri tidak tertarik sama sekali padal politik. Makanya dia tidak bisa membaca wajah-wajah yang mendampingi gubernur. Wajah-wajah timses dengan keramahan yang terlatih dengan baik. Putri Pak Sobri hanya tahu mereka sekumpulan orang-orang kota yang ramah

Keramahan timses punya ciri khusus. Jika keramahan pada umumnya hanya nampak pada anggukan kepala dan senyum, tapi keramahan timses meliputi seluruh organ tubuh. Lihat sorot matanya. Keramahan biasa punya sorot mata yang datar, tapi sorot mata timses seperti sedang menjelajahi pikiran lawan bicaranya. Senyum timses lebih lebar dari senyum pada umumnya, juga durasiya lebih panjang ketimbang senyum sebelumnya dari pemilik senyum yang sama sebelum dia menjadi timses.

Pada hari-hari berikutnya, orang-orang ramah itu secara bergantian mendatangi rumah Putri Pak Sobri. Mereka hanya membawa senyum ramah. Belum sampai pada tahap permintaan agar Putri Pak Sobri bersedia menjadi bagian dari timses.

Timses memang mempunyai kesabaran ekstra. Dia tahu kapan harus meminta, dan kapan hanya membawa senyum saja. Mereka tidak mengenal bosan. Walaupun terlalu lama tersenyum cukup melelahkan tapi mereka menjalaninya dengan tabah.

Timses Cagub penantang petahana sebagaimana layaknya timses, punya penciuman yang sangat tajam. Mereka bisa mencium aroma walaupun arah angin datangnya berlawanan dari sumber aroma. Mereka tidak ikut mendatangi rumah Putri Pak Sobri. Disamping tidak etis sebagai sesama timses, tapi juga hanya membuang-buang waktu saja. Mereka memilih mencari tahu sisi lain, siapa tahu ketemu sisi negatif Putri Pak Sobri. Mereka mulai mengumpulkan data dari berbagai sumber perihal sejarah kehidupan Putri Pak Sobri. Akan sangat berguna jika nanti Putri Pak Sobri menjadi bagian timses Cagub petahana.

BERSAMBUNG

Pemberitahuan: Mulai besok, seri “Kambing Istana Hilang” hanya tayang setiap senin s.d Jum’at. Sabtu dan minggu tidak tayang. Terima kasih perhatiannya.

14042017
Read more

KAMBING ISTANA HILANG Episode 12

KAMBING ISTANA HILANG Episode 12
Besok akan ada aksi depan istana. Aksi para petani dari daerah. Para petani memprotes pendirian pabrik baja. Sudah berkali-kali mereka melancarkan aksi di kantor gubernur tapi tidak digubris. Mereka menggugat ke pengadilan, mereka memenangkan gugatan, tapi tetap saja kegiatan pembangunan pabrik tidak berhenti.

Agenda presiden besok adalah kunjungan kerja ke satu daerah. Staff presiden menyarankan untuk menugaskan Pak Wapres menemui para demonstran. Menurut kabar, para petani tidak akan meninggalkan depan istana jika tidak ditemui presiden.

Presiden memutuskan mengundurkan waktu kunjungan kerja ke daerah. Dia akan menemui terlebih dahulu para pendemo. Pemberitaan protes para petani sudah lama beredar. Sudah menjadi isu nasional. Kesempatan menaikan citra jika dia sendiri yang akan menemui para petani. Kenapa harus membagi citra pada Wapres?

Kabar soal citra itu sampai ke kantor Wapres.
“ Itu cuma citra berharga murah,” kata Wapres pada staff kepercayaannya.

Aksi demonstrasi para petani di depan istana berjalan tertib. Para petani didampingi sejumlah LSM. Sebagaimana setiap demonstrasi diwarnai oleh bermacam tulisan berisi tuntutan dan orasi

Tiga orang perwakilan petani memasuki istana. Dua pria dan satu wanita. Dua pria itu adalah LSM pendamping, sedangkan yang wanita adalah mewakili petani.Setelah melalui pemeriksaan yang ketat mereka diantar menemui presiden.

Presiden menjabat tangan dua pria dari LSM terlebih dahulu. Saat menjabat tangan petani wanita, Presiden seperti tersengat. Matanya lekat pada wajah yang dulu pernah sangat dikenalnya. Putri Pak Sobri!

Presiden terganggu konsentrasinya. Dia mendengarkan tuntutan para petani melalui utusan LSM pendamping, tapi hatinya gugup. Dia berusaha mengendalikan kegugupannya, tapi saat matanya lekat pada wajah putri Pak Sobri, kegugupan itukembali membelenggunya.

“ Ya, saya sudah mendengar tuntutannya, “ kata Presiden setelah LSM sebagai perwakilan petani itu selesai membacakan tuntutannya. “ Saya akan pelajari lebih lanjut. Sebenarnya ini tugas Pak Gubernur. Nanti saya akan bicara dengan Pak Gubernur. “

“ Maaf, Pak.” Putri Pak Sobri yang sejak tadi diam mulai bicara. “ Kalau Bapak bicarakan lagi dengan gubernur …”

Presiden memotong, “ Iya, saya paham. Tapi kan kali ini yang bicara Presiden. Lagi pula yang tahu secara teknis kan Gubernur. E, begini saja. Bapak berdua silakan kembali ke para petani di luar. Biar Ibu ini bicara empat mata dengan saya. Saya ingin tahu apa yang sebenarnya dirasakan petani dengan bahasa petani, bukan bahasa LSM. Nanti hasilnya akan diberitahukan oleh ibu ini. “

Kedua orang LSM itu meninggalkan ruang pertemuan.
Presiden dan putri pak Sobri diam beberapa saat.

“Bagaimana kabarnya? “ Presiden membuka percakapan

“Pada umumnya baik. Tapi setelah mendengar kambing pemberian Bapakku hilang, seperti ada yang hilang dari diri saya. Entah apa.”

Inilah pertama kali setelah puluhan tahun, keduanya bicara seserius ini. Dulu cuma basa-basi saja. Lebih banyak bicara dengan tatapan mata. Mengandalkan hati yang bicara. Komunikasi verbal yang gagal telah memisahkan mereka

Keduanya kembali diam. Kembali pada cerita lama. Hanya hati yang bicara.

“Kalau saja dulu saya bisa mendengar suara hati …” Presiden terbawa suasana pertemuan yang di luar dugaannya itu

“ Apa sekarang sudah bisa mendengar suara hati saya?”

“Belum juga.”

“Kalau mendengar suara hati saya saja gagal, bagaimana dengan suara hati rakyat? “

“Hei, itu politis. Ini soal melankolis.“

“Saya datang ke sini mewakili suara hati para petani. Ada banyak hati dalam hati saya.”

“Barangkali karena itu saya jadi tidak lagi bisa mengenali hatimu. “

“Sebagian hati saya sudah saya titipkan pada kambing yang hilang itu. Jika kambing itu ditemukan, berarti Bapak menemukan kembali hati saya. Sekarang apa jawaban Bapak atas tuntutan hati para petani? “

“Dalam waktu dekat saya akan pangggil Gubernur. Untuk sementara saya akan minta dihentikan dulu pembangunan pabrik itu. “

Berita diterimanya tiga utusan petani di istana menjadi perhatian media. Ada sepasang mata yang memperhatikan secara ekstra melalui media. Sepasang mata milik Ibu Presiden.

BERSAMBUNG

Pemberitahuan: Mulai besok, seri “Kambing Istana Hilang” hanya tayang setiap senin s.d Jum’at. Sabtu dan minggu tidak tayang. Terima kasih perhatiannya.

13042017
Read more

KAMBING ISTANA HILANG Episode 11

KAMBING ISTANA HILANG Episode 11
Pidato Wapres menyebabkan ketegangan di istana. Media ingin tahu pendapat presiden, tapi jawabannya selalu normatif. Berkali-kali juru bicara presiden membantah keretakan hubungan Presiden dengan Wapres.

“ Beda pendapat hal yang biasa. Tapi Bapak Presiden dan Bapak Wapres punya tujuan yang sama, ingin fokus menjalankan programnya yang tersisa setahun lagi. Jangan lah kalian memperkeruh suasana seolah-olah ada matahari kembar. Tidak lah. Bapak Presiden dan Bapak Wakil Presiden masih seperti biasa. Sudah,ya. “

Bapak Presiden makan siang bersama ketua umum parpol pengusungnya di istana. Suasananya nampak akrab. Tidak menyinggung sama sekali soal ucapan Wapres. Setelah para ketua umum parpol keluar istana, Presiden bersama beberapa pakar perilaku dengan spesialisasi masing-masing membahas rekaman video acara makan siang bersama itu.

Presiden ingin tahu, adakah salah satu atau salah dua para petinggi parpol yang menghianatinya, diam-diam membelot membela Wapres. Tidak mungkin Wapres berani bicara seperti itu kalau tidak ada parpol yang mendukungnya. Parpol oposisi sudah terang-terangan mengusung capres dari tokoh oposisi. Tidak mungkinlah Wapres membelot ke opososi menjadi cawapres.

Hasil analisa para pakar perilaku menyimpulkan ada satu parpol besar dan dua parpol kecil yang patut dicurigai. Presiden menanggapinya dengan singkat, “ Saya sudah duga.”

Soal acara makan siang itu, lagi-lagi juru bicara presiden memberikan penjelasan normatif kepada para awak media

“ Apanya yang aneh? Presiden kan kepala negara. Dia berhak mengundang siapa saja untuk makan siang. Apalagi para ketua umum partai politik yang ada di pemerintahan. Kalian juga kan pernah diundang makan siang? Tidak ada yang mencurigai kan? Biasa saja. Saya tegaskan sekali lagi. Tidak ada kegaduhan dalam istana. Tadi ada pertanyaan, kenapa Pak Wapres tidak ikut makan siang? Kan yang mengundang Bapak Presiden, kalau yang mengundang Pak Wapres, pasti ada Pak Wapres. Tidak ada kegaduhan. Makanya jangan bikin berita yang akan bikin kegaduhan. “

Kepala Polisi yang kena sentil pidato Wapres, bertemu empat mata dengan Presiden. Presiden nampak gusar.

“ Kan sudah saya bilang, terlalu jauh menghubungkan persolan kambing yang hilang dengan soal makar. “

Presiden berhenti sejenak, minum air putih. Kepala Polisi nampak ingin bicara. Presiden mengangkat tangannya.

“ Ya, ya saya tahu. Bukti permulaan yang cukup. Sudahlah, saya ini politisi. Makar itu politis. Anak-anak muda dari ormas XYZ itu memang bikin repot, tapi kan banyak cara untuk menangkap mereka. Undang-undang kita memungkinkan itu. Cari pasal yang cocok, atau mirip-mirip, tapi bukan dihubungkan dengan pencurian kambing. Saya sudah duga akan terjadi seperti ini. Perintah saya kan cari kambing itu sampai ketemu, dan cari tahu kenapa dia hilang.”

“ Tapi sampai sekarang kambing itu tidak bisa ditemukan. Karena berlarut-larut malah menjadi bahan olok-olok, melebar kemana-mana, menjadi isu politik yang akan menjadi batu sandungan saya pada pemilihan presiden tahun depan. Kapan kira-kira kambing itu ditemukan? “

Kepala Polisi yang sejak tadi menunduk, mulai bicara. “ Masih dalam …”
Presiden memotong ucapan Kepala Polisi ,“Penyelidikan, masih dalam pencarian. Saya, Presiden yang bertanya, bukan wartawan. Saya ingin tahu, sampai di mana progresnya, itu yang saya mau tahu. “

“Itu yang mau saya katakan, Pak. Maaf, Pak. Tim kami merasa ada tumpang tindih tugas. Tim pencari kambing yang dibentuk Pak Menko bukan membantu, tapi malah membuat anak buah saya merasa terganggu.”

“Saya kan sudah bilang, silakan diatur, dikordinasikan dengan Pak Menko.”

“Justru itu soalnya. Pak Menko sibuk dengan tugas kementerian, hingga sulit berkordinasi. Lagi pula …Maaf, Pak. Dia kan bukan Menko yang membawahi soal keamanan.”

“Tapi dia orang kepercayaan saya.”

“Siap,Pak. “

Pertemuan empat mata antara Presiden dan Kepala Polisi oleh media dihubungkan dengan pidato Wapres. Lagi-lagi juru bicara presiden menjadi juru bantah.

“Kepala Polisi kan bawahan Presiden. Apa anehnya? Sama dengan Kalau kalian bicara empat mata dengan pemimpin redaksi. Apa anehnya? Tolong deh, kita sedang membangun, jangan merecoki dengan isu yang akan memecah belah bangsa ini. “

Media berpendapat, justru yang aneh adalah juru bicara presiden. Tidak ada indikasi bangsa akan terpecah belah. Justru rakyat mencium ada perpecahan antara Wapres dengan Presiden. Tapi kok malah bangsa yang dituduh akan pecah.

BERSAMBUNG
13042017
Read more
Balya Nur. Diberdayakan oleh Blogger.